Walaupun mungkin sekarang ini masih kerap dilakukan, akan tetapi banyak juga orang tua yang mulai menghindari untuk menggunakan atau mengenakan hukuman fisik terhadap anak mereka.
Memang ada baiknya untuk tidak memberlakukan hukuman fisik, terutama memukul anak ketika mereka melakukan kesalahan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh para pakar dari University of Texas dengan mengambil sample dari Michigan selama kurun waktu 50 tahun terungkap bahwa anak yang sering dipukul lebih mungkin untuk menjadi agresif dan berperilaku nakal dibanding yang tidak atau jarang terkena hukuman fisik.
Memang ada baiknya untuk tidak memberlakukan hukuman fisik, terutama memukul anak ketika mereka melakukan kesalahan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh para pakar dari University of Texas dengan mengambil sample dari Michigan selama kurun waktu 50 tahun terungkap bahwa anak yang sering dipukul lebih mungkin untuk menjadi agresif dan berperilaku nakal dibanding yang tidak atau jarang terkena hukuman fisik.
Hal ini, menurut para peneliti, disebabkan oleh stres secara mental dan gangguan pada sisi kognitifnya. Penelitian yang sudah dipublikasikan dalam Journal of Family Psychology ini juga menyebutkan bahwa hukuman fisik, terutama memukul bagian pantat dapat membuat anak berpikiran untuk memberontak dan memunculkan sisi negatif pada diri mereka, yaitu sifat melawan kepada orang tuanya.
Hal yang sama seperti yang dipaparkan oleh Anna Oliverio Ferraris, seorang psikolog sekaligus psikoterapist, menyebutkan bahwa hukuman memukul pantat tersebut adalah suatu aktivitas yang memalukan dan mengakibatkan seorang anak mengalami masalah kejiwaan ringan.
Memang menurut pemikiran para orang tua dengan memberlakukan hukuman fisik, terutama memukul pantat adalah cara agar sang anak menjadi patuh dan penurut. Akan tetapi menurut pakar anak dan juga sempat dibicarakan dalam sebuah konferensi UNICEF, metode hukuman ini tidak dianjurkan karena dapat membuat anak trauma.
Ada baiknya, jika memang sudah keterlaluan, diberlakukan hukuman lain yang lebih mendidik daripada harus menyakiti fisik sang anak.
Sumber : Merdeka